Rabu, 26 Juni 2019

DOCTOR STRANGE (REVIEW)





Dr. Stephen Strange (Benedict Cumberbatch) is a smart, successful, and well-established surgeon. His expertise and intelligence in handling a number of cases of surgical operations were much admired so he seemed too confident and seemed arrogant.

Until one day he suffered a severe accident that made him experience damage to a number of nervous systems, especially in both hands.

Feeling medical treatment did not make many changes to his recovery and then decided to look for alternative medicine which then led him to an area called Taj-Room.

In the Taj Room he met Mordo (Chiwetel Ejiofor) and The Ancient One (Tilda Swinton) who had special abilities in healing methods.

Initially the method was opposed by Strange because it was not in line with the treatment methods he had studied so far, but various events were able to change Strange's view.

in the Taj Room itself was not safe because there was an attempt by Kaecilius (Mads Mikkelsen) to destroy the Ancient One's temple. Kaecilius himself is a former student of The Ancient One who prefers to serve Dormamu (ruler of darkness).

The situation dragged Strange into getting involved further to help The Ancient One guard his temple and made Strange learn more about sacrifice and humility.

This is then able to change Strange's personality to be better while taking on new responsibilities to protect the earth from the evil forces of Dormamu.


Morral message : 

1. Time makes things precious

Some people consider time as an enemy. In this film, the student who turned into an evil named Kaecilius, was very disappointed with the time. Time takes all the valuable things in his life. Time made Kaecilius lose his wife and child. But, in truth, time has never been an enemy of humans. The time that makes human life valuable. By realizing that life is short, making people appreciate what they have today.

2. You cannot control everything

"Surrender yourself, Strange," said the Great Witch to Doctor Strange when he did not accept his "broken" hands. When watching this scene, I feel enlightened. Often, we do not accept things that we cannot control and make us suffer. In fact, by being heartened to accept all bad things, our lives will be happier. As told in this film, finally after receiving his "broken" hands, Doctor Strange was able to focus his mind and become a great wizard.

Good or bad is relative

Selasa, 03 Oktober 2017


EX MACHINA

Ex Machina, film yang bagus dan punya rating tinggi di Genre Fantasy, mystery, thriller, dan science fiction. Dengan kemantapan dan kualitas tinggi itu membuat filmm ini menjadi pesaing bagi film – film lain di genrenya. Film ini wajib ditonton buat kalian pecinta robot dan misteri, karena film ini banyak sekali mengandung misteri di dalamnya.

Film ini menggambarkan tentang kesadaran manusia yang selama ini selalu mengandalkan teknologi dan interaksi antar manusia dan komputer. Dimana pada zaman itu manusia telah tergantung dengann teknologi, sampai setiap saat mengabaikan interaki dengan sesama manusia. Hal itu sesuai dengan kehidupan yang terjadi di sekitar kita saat ini, dimana interaksi antara manusia dan teknologi bisa dibilang punya intensitas yang lebih tinggi daripada interaksinya dengan sesama manusia.

Alex Garland mampu membawakan Ex Machina sebagai sebuah film sci-fi dengan dialog yang smart, didukung dengan special effect dan properti set yang stylish dan futuristik. Pemeran yang bemain di film ini pun tampil bagus dalam membawakan perannya masing – masing. Namun Yang menjadi perhatian saya adalah Alicia Vinkander yang memerankan menjadi Ava yang cantik dan menawan hehe. film ini memiliki keterkaitan antara manusia dan computer, karena di dalam sebuah film tersebut terdapat interaksi antara manusia dan computer dalam membuat sebuah robot agar dapat di gunakan oleh manusia. 

Menurut saya, alat yang dapat membantu manusia dengan cara yang tidak merugikan manusia di film ini salah satunya adalah 
- Konsol : Saat pertama kali Caleb masuk ke tempat kerja, dia dipanggil nama lengkapnya oleh A.I. untuk berdiri di depan konsol dan dipotret untuk membuat kartu tanda pengenal
- Kartu Tanda Pengenal berfungsi sebagai password komputter, dn akses ke semua pintu dan lift. pintu ootomatis dapat menolak akses jika listrik cadangan sedang aktif sehingga penyusup tidak bisa dengan mudah masuk. Pintu itu bisa diprogram oleh pemilik pintu otomatis tersebut.

Sisi negative yang bisa di ambil dari film ini adalah, sebuah teknologi dapat menghancurkan manusia karna kecerdasannya. sebuah teknologi bisa di bangun dari pemikiran manusia yang bisa memberi pengaruh positif dan negative.
Kita sebagai manusia juga harus lebih bijak lagi dalam menggunakan teknlogi supaya tidak menghancurkan ruang lingkup hidup manusia.


Untuk adegan awal film ini lumayan bagus dan tenang, kalau ditonton mendekati pertengahan film, misteri demi misteri akan segera keluar dan membuat semakin penasaran.

Jalan cerita film ini pun lumayan mulus buat kalian yang ngerti, walaupun kadang ada beberapa scene yang buat saya kurang mengerti, Tapi karena film ini memang mengandung banyak sekali Misteri, jadi para penonton dan saya mungkin akan dibuat Penasaran dan Kebingungan, sehingga membuat film ini sangat menarik untuk tetap ditonton hingga Ending-nya.

Ending dari film ini mungkin akan membuat banyak penonton tidak menduganya. Tidak ada yang menduga apa yang akan dilakukan Ava, Nathan, ataupun Caleb.
Dan menurut saya endingnya lumayan ngeselin, karena gak sesuai sama apa yang saya pikirkan. Namanya juga film, pasti punya cerita lain yang tidak dipikirkan oleh saya dan penontn lainnya.



Dari film ini bisa diambil pelajaran bahwa manusia dan teknologi memang saling berhubungan. Manusia membutuhkan teknologi untuk mempermudah pekerjaan, teknologi membutuhkan manusia untuk mebuat dan mengembangkannya. Jangan sampai teknologi yang kita buat melampaui atau bahkan membahayakan bagi kita ataupun orang lain di kehidupan manusia.

Kamis, 08 Juni 2017





ITIL atau Information Technology Infrastructure Library (Bahasa inggris, diterjemahkan Pustaka Infrastruktur Teknologi Informasi), adalah suatu rangkaian konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi Teknologi Informasi (TI). ITIL diterbitkan dalam suatu rangkaian buku yang masing-masing membahas suatu topik pengelolaan TI. Nama ITIL dan IT Infrastructure Library merupakan merk dagangan terdaftar dari office of government (OGC) Britania raya. ITIL memberikan deskripsi detail tentang beberapa praktik TI penting dengan daftar cek, tugas, serta prosedur yang menyeluruh yang dapat disesuaikan dengan segala jenis organisasi TI.
Walaupun dikembangkan sejak dasawarsa 1980-an penggunaan ITIL baru meluas pada pertengahan1990-an dengan spesifikasi versi keduanya (ITIL v2) yang paling dikenal dengan dua set bukunya yang berhubungan dengan ITSM (IT Service Management), yaitu Service Delivery (Antar Layanan) dan Service Support (Dukungan Layanan).

Siklus Layanan ITIL
Kelima bagian ITIL yang seperti tersebut di atas biasanya disebut juga sebagai bagian dari sebuah siklus. Dikenal pula dengan sebutan Sikuls Layanan ITIL. Secara singkat, masing-masing bagian dijelaskan sebagai berikut.

Service Strategy Inti dari ITIL Service Lifecycle adalah Service Strategy.

Service Strategy memberikan panduan kepada pengimplementasi ITSM pada bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi (dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan TI), tetapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan. Panduan ini disajikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar dari konsep ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti yang beroperasi di keseluruhan tahapan ITIL Service Lifecycle.
Topik-topik yang dibahas dalam tahapan lifecycle ini mencakup pembentukan pasar untuk menjual layanan, tipe-tipe dan karakteristik penyedia layanan internal maupun eksternal, aset-aset layanan, konsep portofolio layanan serta strategi implementasi keseluruhan ITIL Service Lifecycle. Proses-proses yang dicakup dalam Service Strategy, di samping topik-topik di atas adalah:
·                     ·         Service Portfolio Management
·                     ·         Financial Management
·                     ·         Demand Management

Bagi organisasi TI yang baru akan mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan/sasaran serta ekspektasi nilai kinerja dalam mengelola layanan TI serta untuk mengidentifikasi, memilih serta memprioritaskan berbagai rencana perbaikan operasional maupun organisasional di dalam organisasi TI.
Bagi organisasi TI yang saat ini telah mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk melakukan review strategis bagi semua proses dan perangkat (roles, responsibilities, teknologi pendukung, dll) ITSM di organisasinya, serta untuk meningkatkan kapabilitas dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut.
Service Design Agar layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis, layanan-layanan TI tersebut harus terlebih dahulu di desain dengan acuan tujuan bisnis dari pelanggan. Service Design memberikan panduan kepada organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun implementasi ITSM itu sendiri. Service Design berisi prinsip-prinsip dan metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya.
Ruang lingkup Service Design tidak melulu hanya untuk mendesain layanan TI baru, namun juga proses-proses perubahan maupun peningkatan kualitas layanan, kontinyuitas layanan maupun kinerja dari layanan.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu:
·                     ·         Service Catalog Management
·                     ·         Service Level Management
·                     ·         Supplier Management
·                     ·         Capacity Management
·                     ·         Availability Management
·                     ·         IT Service Continuity Management
·                     ·         Information Security Management

Service Transition Service Transition menyediakan panduan kepada organisasi TI untuk dapat mengembangkan serta kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan TI yang diubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya secara efektif direalisasikan dalam Service Operation.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
·                     ·         Transition Planning and Support
·                     ·         Change Management
·                     ·         Service Asset & Configuration Management
·                     ·         Release & Deployment Management
·                     ·         Service Validation
·                     ·         Evaluation
·                     ·         Knowledge Management

Service Operation Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini mencakup bagaiman menjaga kestabilan operasional layanan TI serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang lingkup serta target kinerja layanan TI.

Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
·                     ·         Event Management
·                     ·         Incident Management
·                     ·         Problem Management
·                     ·         Request Fulfillment
·                     ·         Access Management

Continual Service Improvement Continual Service Improvement (CSI) memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah satunya adalah Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle
Control Objective for Information & Related Technology (COBIT) adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009).
COBIT mendukung tata kelola TI dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur keselarasan TI dengan bisnis. Selain itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa TI memungkinkan bisnis, memaksimalkan keuntungan, resiko TI dikelola secara tepat, dan sumber daya TI digunakan secara bertanggung jawab (Tanuwijaya dan Sarno, 2010).
COBIT merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap negara dibangun chapter yang dapat mengelola para profesional tersebut.
Kerangka Kerja COBIT
Kerangka kerja COBIT terdiri atas beberapa arahan/pedoman, yakni:
v  Control Objectives
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi (high-level control objectives) yang terbagi dalam 4 domain, yaitu : Planning & Organization , Acquisition & Implementation , Delivery & Support , dan Monitoring & Evaluation.
v  Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance dan/atau saran perbaikan.
v  Management Guidelines
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
·         Sejauh mana TI harus bergerak atau digunakan, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
·         Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus.
·         Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses ( critical success factors ).
·         Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang ditentukan.
·         Bagaimana dengan perusahaan lainnya, apa yang mereka lakukan.
·         Bagaimana mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya.

Manfaat dan Pengguna COBIT
Secara manajerial target pengguna COBIT dan manfaatnya adalah :
Direktur dan Eksekutif
Untuk memastikan manajemen mengikuti dan mengimplementasikan strategi searah dan sejalan dengan TI.

·                     Manajemen
·                      Untuk mengambil keputusan investasi TI.
·                     Untuk keseimbangan resiko dan kontrol investasi.
·                      Untuk benchmark lingkungan TI sekarang dan masa depan.
·                     Pengguna
·                     Untuk memperoleh jaminan keamanan dan control produk dan jasa yang dibutuhkan secara internal maupun eksternal.
·                     Auditors
·                     Untuk memperkuat opini untuk manajemen dalam control internal.
·                      Untuk memberikan saran pada control minimum yang diperlukan.
Frame Work COBIT
COBIT dikeluarkan oleh IT Governance Institute (ITGI). COBIT digunakan untuk menjalankan penentuan atas IT dan meningkatkan pengontrolan IT. COBIT juga berisi tujuan pengendalian, petunjuk audit, kinerja dan hasil metrik, faktor kesuksesan dan maturity model.
Lingkup kriteria informasi yang sering menjadi perhatian dalam COBIT adalah:
Ø  Effectiveness
Menitikberatkan pada sejauh mana efektifitas informasi dikelola dari data-data yang diproses oleh sistem informasi yang dibangun.
Ø  Efficiency
Menitikberatkan pada sejauh mana efisiensi investasi terhadap informasi yang diproses oleh sistem.
Ø  Confidentiality
Menitikberatkan pada pengelolaan kerahasiaan informasi secara hierarkis.
Ø  Integrity
Menitikberatkan pada integritas data/informasi dalam sistem.
Ø  Availability
Menitikberatkan pada ketersediaan data/informasi dalam sistem informasi.
Ø  Compliance
Menitikberatkan pada kesesuaian data/informasi dalam sistem informasi.
Ø  Reliability
Menitikberatkan pada kemampuan/ketangguhan sistem informasi dalam pengelolaan data/informasi.
Sedangkan fokus terhadap pengelolaan sumber daya teknologi informasi dalam COBIT adalah pada :
·                     ·         Applications
·                     ·         Information
·                     ·         Infrastructure
·                     ·         People

Dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi, COBIT memiliki karakteristik :
·                     ·         Business-focused
·                     ·         Process-oriented
·                     ·         Controls-based
·                     ·         Measurement-driven

COBIT mengelompokkan semua aktivitas bisnis yang terjadi dalam organisasi menjadi 34 proses yang terbagi ke dalam 4 buah domain proses, meliputi :

Planning & Organization.
Domain ini menitikberatkan pada proses perencanaan dan penyelarasan strategi TI   dengan strategi perusahaan, mencakup masalah strategi, taktik dan identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.
Domain ini mencakup :
·         PO1 – Menentukan rencana strategis
·         PO2 – Menentukan arsitektur informasi
·         PO3 – Menentukan arah teknologi
·         PO4 – Menentukan proses TI, organisasi dan hubungannya
·         PO5 – Mengelola investasi TI
·         PO6 – Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen
·         PO7 – Mengelola sumber daya manusia
·         PO8 – Mengelola kualitas
·         PO9 – Menilai dan mengelola resiko TI
·         PO10 – Mengelola proyek

Acquisition & Implementation.
Domain ini berkaitan dengan implementasi solusi IT dan integrasinya dalam proses bisnis organisasi untuk mewujudkan strategi TI, juga meliputi perubahan dan maintenance yang dibutuhkan sistem yang sedang berjalan untuk memastikan daur hidup sistem tersebut tetap terjaga.
Domain ini meliputi:
·         AI1 – Mengidentifikasi solusi yang dapat diotomatisasi.
·         AI2 – Mendapatkan dan maintenance software aplikasi.
·         AI3 – Mendapatkan dan maintenance infrastuktur teknologi
·         AI4 – Mengaktifkan operasi dan penggunaan
·         AI5 – Pengadaan sumber daya IT.
·         AI6 – Mengelola perubahan
·         AI7 – Instalasi dan akreditasi solusi dan perubahan.

Delivery & Support.
Domain ini mencakup proses pemenuhan layanan IT, keamanan sistem, kontinyuitas layanan, pelatihan dan pendidikan untuk pengguna, dan pemenuhan proses data yang sedang berjalan.
Domain ini meliputi :
·         DS1 – Menentukan dan mengelola tingkat layanan.
·         DS2 – Mengelola layanan dari pihak ketiga
·         DS3 – Mengelola performa dan kapasitas.
·         DS4 – Menjamin layanan yang berkelanjutan
·         DS5 – Menjamin keamanan sistem.
·         DS6 – Mengidentifikasi dan mengalokasikan dana.
·         DS7 – Mendidik dan melatih pengguna
·         DS8 – Mengelola service desk dan insiden.
·         DS9 – Mengelola konfigurasi.
·         DS10 – Mengelola permasalahan.
·         DS11 – Mengelola data
·         DS12 – Mengelola lingkungan fisik
·         DS13 – Mengelola operasi.
Monitoring and Evaluation.
Domain ini berfokus pada masalah kendali-kendali yang diterapkan dalam organisasi, pemeriksaan intern dan ekstern dan jaminan independent dari proses pemeriksaan yang dilakukan.
Domain ini meliputi:
·         ME1 – Mengawasi dan mengevaluasi performansi TI.
·         ME2 – Mengevaluasi dan mengawasi kontrol internal
·         ME3 – Menjamin kesesuaian dengan kebutuhan eksternal.
·         ME4 – Menyediakan IT Governance.


PERBEDAAN COBIT DAN ITIL
PERBEDAAN :
· COBIT dan ITIL adalah standard yang cakupan areanya adalah menengah ke bawah
· ISO 38500 cakupan areanya adalah menengah ke atas
· COBIT dan ITIL cocok jika dijadikan sebagai IT management framework
· ISO 38500 cocok jika digunakan sebagai IT governance framework.
· Kerangka kerja COBIT memasukkan hal-hal berikut ini :  (1) Maturity Models , (2)  Critical Success Factors (CSFs), (3) Key Goal Indicators (KGIs), dan (4) Key Performance Indicators (KPIs).
· Kerangka kerja yang digunakan untuk mengelola infrastruktur teknologi dan informasi dalam suatu organisasi, dan bagaimana memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pengguna teknologi informasi.
· Kerangka kerja digunakan bagi pemerintahan untuk membantu mereka pada tingkat tertinggi dari organisasi untuk memahami dan memenuhi kewajiban hukum, peraturan, dan etika mereka dalam hal penggunaan organisasi mereka ‘IT.

PERSAMAAN
·                      Dijadikan sebagai IT governance framework
·                     memberikan pedoman pada perusahaan bahwa keputusan-keputusan strategic IT tidak hanya berada pada CIO saja tetapi juga pada direksi, komisaris dan pemegang-saham.




REVIEW

COBIT Maturity Model
COBIT menyediakan parameter untuk penilaian setinggi dan sebaik apa pengelolaan IT pada suatu organisasi dengan menggunakan maturity models yang bisa digunakan untuk penilaian kesadaran pengelolaan (management awareness) dan tingkat kematangan (maturity level). COBIT mempunyai model kematangan (maturity models) untuk mengontrol proses-proses IT dengan menggunakan metode penilaian (scoring) sehingga suatu organisasi dapat menilai proses-proses IT yang dimilikinya dari skala nonexistent sampai dengan optimised (dari 0 sampai 5), yaitu: 0: Non Existen, 1: Initial, 2: Repetable, 3: Defined, 4: Managed dan 5: Optimized  (Purwanto dan Saufiah, 2010; Setiawan, 2008; Nurlina dan Cory, 2008).



DAFTAR PUSTAKA

http://bang-ilmu.blogspot.co.id/2016/05/cobit-itil.html
https://id.wikipedia.org/wiki/ITIL
https://haendra.wordpress.com/2012/06/08/pengertian-cobit/


RANGKUMAN 1 

MANAJEMEN RESIKO TEKNOLOGI INFORMASI I UNTUK KEBERLANGSUNGAN LAYANAN PUBLIK MENGGUNAKAN FRAMEWORK INFORMATION TECHNOLOGY INFRASTRUCTURE LIBRARY (ITIL VERSI 3)


1. PENDAHULUAN
 Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah mengubah pola dan cara beraktivitas pada organisasi, institusi, industri, maupun pemerintahan. Fakta semakin meningkatnya ketergantungan organisasi kepada TI untuk mencapai tujuan strategi dan kebutuhan organisasi menjadi pendorong utama pentingnya TIK. Layanan TI berkualitas tinggi berarti meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan TI untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan publik memerlukan tata kelola yang baik (Permenkominfo, 2007). Dengan menerapkan tata kelola yang baik akan menjamin transparansi, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
Kegiatan pelayanan publik tidak dapat terhindar dari adanya gangguan/kerusakan yang disebabkan oleh alam maupun manusia misalnya terjadinya gempa bumi, bom, kebakaran, banjir, power failure, kesalahan teknis, kelalaian manusia, demo buruh, huru-hara dan sebagainya. Kerusakan yang terjadi tidak hanya berdampak pada kemampuan teknologi yang digunakan, tetapi juga berdampak pada kegiatan operasional pelayanan publik. Untuk meminimalisasi resiko tersebut, setiap instansi pemerintah daerah diharapkan dapat menyusun langkah-langkah terpadu untuk menjamin keberlangsungan layanan agar tetap dapat berfungsi dengan baik terutama dalam penggunaan layanan TI. Information Technology Infrastructure Library (ITIL) sebagai suatu kerangka kerja manajemen layanan TI dapat digunakan sebagai panduan dalam menyusun langkah-langkah operasional tersebut. Dengan kerangka kerja ITIL diharapkan resikoresiko yang mungkin terjadi dapat diminimalisasi serta dapat dilakukan mitigasi resiko dalam upaya menjaga keberlangsungan layanan TI.
2. MANAJEMEN RESIKO TI
Manajemen resiko TI merupakan proses identifikasi resiko, penilaian resiko, dan pengambilan langkah-langkah untuk menurunkan resiko sampai level yang dapat diterima (Stoneburner, 2002). Meskipun secara umum metode manajemen resiko untuk organisasi memiliki persamaan, namun memiliki resiko yang berbeda-beda sehingga diperlukan manajemen resiko secara khusus. Terkait dengan pemerintah yang memberikan layanan publik, dampak dari resiko dapat diukur tidak hanya secara ekonomi, namun juga pengaruh sosial.
2.1 Perencanaan Manajemen Resiko TI
 Menurut Spremic (2008) untuk keberhasilan dalam menjaga segala sesuatu yang dapat menyebabkan permasalahan, setiap organisasi harus membangun metode dan teknik untuk mengendalikan insiden-insiden yang terjadi pada TI dan untuk mengidentifikasi resiko yang mungkin terjadi. Terdapat tahapan-tahapan penting dalam perencanaan manajemen resiko TI: 

1. Identifikasi dan klasifikasi resiko TI,
2. Penilaian resiko TI (Business Impact Analysis) dan menentukan prioritas,
3. Strategi penanggulangan resiko TI – identifikasi pengendalian TI,
4. Implementasi dan dokumentasi dari penanggulangan resiko (pengendalian TI),
5. Pendekatan portofolio resiko TI dan keselarasan dengan strategi bisnis,
6. Pengawasan berkala terhadap tingkat resiko TI dan audit.

2.2 Kerangka Kerja Manajemen Resiko TI

Prinsip M_o_R – prinsip-prinsip tersebut merupakan esensi dalam pengembangan praktik manajemen resiko yang baik dan diturunkan dari prinsip-prinsip tatakelola perusahaan (corporate governance). 

Pendekatan M_o_R – pendekatan organisasi untuk prinsip-prinsip tersebut dibutuhkan untuk mendefinisikan dan persetujuan dalam dokumen berikut:
 a. Kebijakan manajemen resiko
 b. Panduan proses
 c. Perencanaan
 d. Registrasi resiko
 e. Permasalahan log
Proses M_o_R – berikut ini menjelaskan empat tahapan aktivitas dalam manajemen resiko:
 a. Identifikasi – ancaman dan peluang dalam aktivitas yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mencapai tujuan.
 b. Menilai – pemahaman net effect dari identifikasi ancaman dan peluang aktivitas yang dilakukan.
 c. Merencanakan – mempersiapkan tanggapan manajemen secara spesifik yang dapat mengurangi ancaman dan memaksimalkan peluang.
 d. Implementasi – penerapan rencana manajemen resiko, mengawasi efektivitas dan mengambil langkah yang diperlukan dalam menanggulangi ekspektasi yang tidak sesuai. 
Embedding dan reviewing M_o_R – diperlukan review keberlanjutan dan peningkatan bahwa hal tersebut masih baik untuk digunakan
Komunikasi – diperlukan aktivitas komunikasi yang tepat dalam menjamin bahwa setiap orang tetap up to date dengan perubahan dalam ancaman, peluang dan seluruh aspek manajemen resiko.

2.3 Information Technology Service Continuity Management  (ITSCM)

ITSCM merupakan salah satu proses area dari service design ITIL versi 3. Tujuan dari ITSCM adalah untuk mendukung seluruh proses manajemen keberlangsungan bisnis dengan memastikan bahwa kebutuhan teknis TI dan fasilitas layanan (termasuk sistem komputer, jaringan, aplikasi, data repositories, telekomunikasi, lingkungan, dukungan teknis dan service desk) dapat kembali beroperasi dan sesuai dengan timescale bisnis.

Sasaran dari ITSCM diantaranya adalah untuk :
a. Memelihara rencana-rencana berkelanjutan layanan TI (IT service continuity plans) dan rencana-rencana pemulihan TI yang mendukung kelanjutan bisnis
b. Melengkapi exercise business impact analysis (BIA) secara teratur untuk menjamin seluruh rencana-rencana berkelanjutan dikelola agar selaras dengan dampak perubahan dan kebutuhan bisnis
c. Menyediakan panduan dan saran untuk seluruh area bisnis dan TI yang berkaitan dengan kelanjutan dan pemulihan
d. Memastikan mekanisme yang tepat untuk kelanjutan dan pemulihan agar sesuai dengan tujuan kelanjutan bisnis
e. Menilai dan dampak perubahan pada rencanarencana kelanjutan layanan TI dan rencanarencana pemulihan TI
f. Memastikan bahwa ketersediaan layanan diimplementasikan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan

3. IMPLEMENTASI
3.1 Tahap Inisialisasi

Pada tahap ini dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
a. Penentuan kebijakan – hal ini harus dibangun dan dikomunikasikan sehingga semua orang yang ada di organisasi dapat terlibat. Dalam kebijakan ini ditentukan sasaran serta fokus dari manajemen. Peran dari pimpinan sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan yang dilaksanakan.
b. Lingkup – pada tahap ini ditentukan lingkup serta tanggungjawab dari setiap staf yang ada diorganisasi. Kewenangan dan tanggungjawab dari setiap staf disesuaikan dengan kemampuan dan kapabilitas yang dimilikinya, agar mendukung terhadap setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Alokasi Sumberdaya – keberlangsungan dari bisnis membutuhkan sumberdaya diantaranya uang dan sumberdaya manusia. Hal ini sangat penting untuk mendukung kelangsungan dari proses. Penentuan alokasi sumberdaya dengan tepat dapat mengefisiensikan kinerja yang dilakukan.
d. Struktur pengendali dan Organisasi Proyek – kegiatan yang dilakukan perlu diorganisir dan dikendalikan dengan baik, karena kegiatan yang bersifat kompleks sehingga perlu dilakukan langkah-langkah sistematis dan terkendali.
e. Perencanaan dan Proyek yang berkualitas – perencanaan yang baik dapat menjamin keberhasilan pencapaian kualitas kegiatan. Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan perlu direncanakan dengan matang agar hasil yang diperoleh dapat dimaksimalkan serta meminimalisasi resiko-resiko yang terjadi.

3.2 Tahap Kebutuhan dan Strategi
3.2.1 Analisis Resiko

Pada tahap ini menilai level resiko dan membuat ranking resiko dengan mempertimbangkan faktor kecenderungan (likelihood) dan besarnya dampak resiko (impact). Pada proses penilaian ini memanfaatkan kerangka kerja Management of Risk (M_o_R). Pendekatan analisa resiko dapat secara kualitatif atau kuantitatif.

3.2.2 Strategi Keberlangsungan Layanan TI

Setelah mengetahui resiko-resiko yang terjadi serta prioritas yang harus dilakukan dari hasil analisis resiko maka dapat dirancang strategi-strategi untuk keberlangsungan layanan TI.


4. PENUTUP

Keberlangsungan layanan pada pelayanan publik merupakan salah satu hal yang perlu ditata kelola agar penyelenggaran pelayanan dapat terselenggara dengan baik sehingga masyarakat dan pengguna dapat terlayani sesuai dengan kebutuhannya. Manajemen resiko TI dan merencanakan strategistrategi dalam keberlangsungan layanan TI harus dilakukan secara sistematis dan latihan yang terus menerus untuk meningkatkan dan memperbaiki proses layanan TI.



RANGKUMAN 2


ITIL ( information teknology structure library 0 adalah standart yang diperkenalkan dan didistribusikan oleh kantor pemerintahan commerce di UK dan termasuk semua bagian bagian organisation. Sekarang ini paling luas diterima yang berdekatan pada pelayanan IT managemnet di dunia.
·         Service strategy
Strategy pelayanannya menyediakan panduan bagaimana mendesain, mengimplementasikan dan mengembangkan management pelayanan dari sudut pandang kesanggpuan organisasional dan asset strategi.  Strategy pelayanan termasuk proses proses ini,seperti financial management, service portofolio management dan management permintaan.
·         Service design
Itu adalah panduan untuk mendesain dan mengembangkan pelayanan  dan proses management pelayanan. Hal terserbut meliputi prinsipple design dan metode untuk mengubah object strategy kedalam portofolio dari pelayanan dan aset pelayana. Servic design termasuk dalam proses proses berikut ini, management pelayanan catalog, management pelayanan level, management kapabilitas, management ketersediaan, management pelayanan IT lanjutan, management informasipenyedia management keamanan informasi, management pelayanan data dan informasi bisnsi
·         Service transition
Adalah paduan untuk mengembangkan dan menerima kapabilitas dari transisi baru dan perubahan pelayanan dalam operasi. Bagian kerangka ITIL ini mengcombinasikan management pelepasan, management program dan resiko management dan tempat mereka dalam contex dari management pelayanan. Service transisi proses meliputi  : management perubahan, asset pelayanan dan management configurasi, management pelepasan, management pengetahuan, management pemangku kepentingan, perencanaan perubahan dan evaluasi pelayanan dan dukungan.
·        Service operation
operation service mencoba untuk mewujudkan praaktik dalam managemnt dari oerasi pelayanan. Proses tersebut adalah management event, management kejadian, management permintaan, management masalah, dan management acces.
·         Continual service improvement
·         Ini termasuk paduan instrumental dalam membuat dan memeriksa nilai untuk costumer melalui design yang lebih baik pengenalan dan operation service nya. Prosess proses nya meliputi :prosses penerimaan 7- langkah, management pelayanan level.
COBIT
The control objectives for information and retated technology (COBIT).adalah sebuah pengaturan kerang ka terbaik untuk informasi teknology management yang dibuat oleh informatiion system audit and control association (ISACA) dan the IT Governence institute ( ITGI) pada 1992. Cobit menyediakan pengaturan auditor dan pengguna IT  dengan mengatur secara umum ukuran penerimaan, indikator, proses dan praktik terbaik untuk membantu mereka dalam memaksimalkan keuntungan melalui kegunaan dari informasi teknology dan mengembangkan Pemerintahan IT yang cocok dan mengontrol dalam sebuah perusahaan.